LEMBAR PERNYATAAN
Saya
yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Mohamad Ridwan Julianto
NPM
: 15413598
Kelas : 2IB01
Jurusan : Teknik Elektro
Menyatakan bahwa makalah yang berjudul “Etika Dalam Berbagai
Aspek Kehidupan” telah sampai 2859 kata dan bukan merupakan hasil plagiat.
Depok, 12 Juni 2015
Penyusun
(Mohamad
Ridwan Julianto)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat
ini, tidak sedikit manusia yang telah terpengaruh oleh perkembangan zaman yang
biasa disebut “Era globalisasi”. Bukan tidak sedikit, namun sepertinya hampir
seluruh manusia saat ini telah terpengaruh oleh dampak globalisasi. Globalisasi
memberikan dampak baik dan dampak buruk pula. Bisa kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari seperti sudah semakin banyak orang yang menggunakan handphone atau
teknologi canggih lainnya, gaya berpakaian yang semakin banyak modelnya, dan
masih banyak hal-hal lainnya. Dampak baik atau positifnya, terkadang untuk
melakukan suatu hal kita bisa menjadi lebih mudah, seperti halnya untuk
berkomunikasi kita bisa lebih mudah menggunakan handphone, tidak perlu lagi
surat-menyurat.
Sedangkan
dampak buruk atauf negatifnya, banyak pula masyarakat Indonesia sendiri yang
terpengaruh dengan kehidupan barat atau eropa. Bukan hanya terjadi di kalangan
pemuda atau dewasa, bahkan saat ini sudah banyak terjadi di kalangan anak-anak.
Contohnya, saat ini tidak sedikit anak-anak yang sudah mengenal “cinta” atau
“pacaran”. Saat ini, anak SD pun sudah banyak yang bergaya memiliki pacar,
padahal mereka hanya melakukan “cinta monyet” saja. Selain itu, contoh lainnya
pun gaya berbusana. Gaya berbusana ala barat atau eropa sangat mempengaruhi
kalangan remaja dan dewasa, namun di kalangan anak yang istilahnya “anak
kemarin sore” pun banyak yang mengikuti gaya berbusana orang dewasa atau
remaja.
Mengapa
banyak terjadi hal-hal seperti itu? Mungkin karena dampak dari Era Globalisasi
tersebut sangatlah besar. Tidak mustahil bahwa Era Globalisasi yang
mempengaruhi berbagai kalangan tersebut, juga mengurangi “Etika” pada setiap
orang yang terpengaruh secara tidak langsung. Etika juga terdapat pada banyak
hal yang ada di berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Jadi banyak pula
etika-etika yang masih kurang dimiliki oleh orang-orang yang hidup di era
globalisasi ini. Mungkin juga karena era globalisasi mengubah jalan pikir
seseorang, yang demikian maka orang tersebut hanya memikirkan hal yang mudahnya
saja atau maksudnya hanya menganggap mudah untuk melakukan sesuatu tanpa
memikirkan etika-nya terlebih dulu yang baik itu seperti apa.
Karena
hal seperti itulah banyak pula orang-orang yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran etika. Jauh dari agama juga bisa menjadi penyebab besar
seseorang kurang menggunakan etika dalam hal-hal yang biasa ia lakukan, oleh
karena itu jangan sampai kita jauh atau kurang memiliki ilmu agama, karena
secara tidak langsung pun ilmu agama juga mengajarkan tentang bagaimana
menggunakan etika-etika yang baik untuk dilakukan. Dan terkadang pula
lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap bagaimana etika seseorang
yang tinggal di lingkungan yang buruk ataupun lingkungan yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Bermula
dari latar belakang masalah tersebut, saya akan mencoba menyampaikan
permasalahan antara lain:
a.
Apakah pengertian dari
Etika?
b.
Bagaimanakah macam-macam
Etika yang sering dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan?
c.
Bagaimanakah
pelanggaran-pelanggaran Etika?
d.
Bagaimanakah solusi dari
pelanggaran-pelanggaran Etika?
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui pengertian
dan maksud dari Etika.
b.
Menjelaskan beberapa
macam Etika yang sering dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan.
c.
Menjelaskan jenis-jenis
pelanggaran Etika.
d.
Menjelaskan solusi untuk
pelanggaran-pelanggaran Etika.
BAB
II
PEMBAHASAN
Seringkali
kita mendengar istilah kata “Etika” dalam sehari-hari, namun banyak pula yang
hanya sekedar mengucap kata etika dan kurang tahu apa yang dimaksud dengan
etika. Apalagi di negeri kita ini, banyak sekali orang yang mengucap kalimat
“tidak punya etika” ketika mereka melihat ada orang lain yang melakukan sesuatu
tanpa memikirkan etika yang baik. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan
Etika?. Secara harafiah, Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya kebiasaan dalam
tingkah laku manusia.
Banyak
pakar yang memberikan definisi Etika, salah satu definisi yang mudah dipahami
adalah:
“Etika
adalah filsafat tingkah laku.”
(Poedjawijatna, Filsafat
Tingkah Laku, 1984)
Filsafat dimaksudkan sebagai ilmu yang
mempelajari segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi, filsafat tingkah laku
adalah usaha manusia mencari informasi yang benar, sedalam-dalamnya mengenai
baik buruknya tingkah laku manusia. Dengan demikian, etika mempunyai kajian
tertentu yaitu mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia dan untuk
mengetahui bagaimana seharusnya manusia bertindak.
“Etika adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, didasarkan
pada kebiasaan mereka.”
(Harmon Chaniago [2013:237])
Manusia
bertingkah laku atau manusia melakukan tindakan. Tidak semua tindakan manusia
menjadi kajian etika, tetapi terbatas pada tingkah laku atau tindakan tertentu.
Tindakan yang menjadi kajian etika adalah tindakan yang dilakukan dengan sadar
atas pilihan. Jika manusia melakukan tindakan dengan sadar atas pilihan, maka
tindakan itu disebut dengan ‘sengaja’. Tingkah laku atau tindakan yang
dilakukan dengan sengaja inilah yang merupakan kajian etika, sedangkan tingkah
laku di luar itu tidak termasuk ruang lingkup kajian etika. Unsur ‘sengaja’
adalah mutlak dalam penilaian etis. Penilaian ini harus diberikan oleh orang
lain, sehingga baik atau buruk tindakan seseorang tidak dinilai secara pribadi
oleh orang tersebut. Dengan demikian, definisi etika yang berbunyi filsafat
tingkah laku dapat bermakna: usaha
manusia mencari dan menggali informasi atau keterangan sedalam-dalamnya
mengenai baik buruk tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja.
Dalam
perkembangan hidup manusia, potensi kesadaran moral berkembang seiring dengan
perkembangan pendidikan yang didapatinya dan pengalaman manusia dalam hidup
bermasyarakat sehari-hari. Kesadaran moral berfungsi dalam tindakan konkrit
untuk mengambil keputusan terhadap tindakan tertentu, apakah tindakannya itu
baik atau buruk.
“Etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma moral
dalam suatu masyarakat. Di sini terkandung arti moral atau moralitas seperti
apa yang bioleh dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan yang pantas atau
tidak, dan sebagainya.”
(Barten, Gustina [2008:138])
Etika
dan moral selalu berhubungan, karena pengertian etika juga didasari oleh moral
yang dimiliki seseorang. Secara etimologi, moral berasal dari bahasa latin
‘Mores’, yaitu jamak dari kata mos berarti adat kebiasaan. Dapat dipahami bahwa
moral merupakan standar atau batasan terhadap aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan nilai baik-buruk atau benar-salah, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari dapat ditemui jika seseorang dikatakan bermoral maka yang dimaksud
adalah bahwa orang itu tingkah lakunya baik dan sesuai dengan tuntutan agama
atau sesuai dengan ajaran agama. Dan sebaliknya jika seseorang tidak dikatakan
bermoral maka yang dimaksud adalah orang tersebut tingkah lakunya tidak baik
alias buruk dan bertentangan dengan ajaran agama.
Berikut saya akan jelaskan beberapa hubungan antara etika
dan moral:
1.
Etika dan moral mengacu
kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai
yang baik.
2.
Etika dan moral
merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harkat
kemanusiaannya.
3.
Etika dan moral
seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan
yang bersifat tetap, statis,
dan konstan tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk
pengembangan potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan
keteladanan serta dukungan lingkungan.
4.
Persamaan etika dan
moral terletak pada fungsi dan peran yaitu menentukan hukum atau nilai dari
suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.
Etika itu banyak sekali
macamnya dalam berbagai aspek kehidupan. Etika itu selalu ada hampir di dalam
setiap hal-hal yang kita lakukan setiap hari. Bukan hanya hal-hal biasa yang
kita lakukan, namun etika juga ada dalam beberapa profesi. Berikut adalah
beberapa etika yang terdapat dalam kegiatan manusia sehari-hari:
Ø Etika Bisnis
Bisnis
adalah kegiatan-kegiatan teratur melayani dalam suatu kebutuhan yang bersifat
umum sambil memperoleh pendapatan.
“Bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau
uang yang saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna
sebagai ‘The buying and selling of goods and services’. Sedangkan perusahaan
bisnis adalah organisasi yang terlibat dalam pertukarang barang, jasa, atau
uang untuk menghasilkan keuntungan.”
(Skinner, Pandji [2007:6])
Etika
bisnis adalah etika yang menyangkut tata pergaulan di dalam kegiatan-kegiatan
bisnis. Etika bisnis merupakan cara melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan juga masyarakat.
Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.
Secara
umum, ada lima prinsip etika bisnis, yaitu:
1.
Prinsip Otonomi
2.
Prinsip Kejujuran
3.
Prinsip Keadilan
4.
Prinsip Saling
Menguntungkan, dan
5.
Prinsip Integritas
Moral.
Ø Etika Berbusana
Etika
berbusana juga merupakan etika yang harus kita miliki setiap harinya, karena
setiap hari pula pastinya kita mengenakan sebuah busana untuk menutupi aurat
pada diri kita. Sebelumnya perlu dikemukakan terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan busana?. Kata busana biasa kita sebut dengan kata ‘Pakaian’, yaitu
sesuatu yang dipakai untuk menutup tubuh, khususnya aurat diri kita sendiri.
Agama
sangat mementingkan etika berbusana, karena dalam ajaran agama pun kita
diwajibkan untuk menutup aurat. Oleh karena itu, etika dalam berbusana harus
diperhatikan dengan baik-baik. Dalam ajaran agama Islam, Allah sangat
menganjurkan umatnya untuk menutup aurat masing-masing. Terlebih lagi yang
harus kita perhatikan ialah kaum wanita atau para muslimah, mereka harus
benar-benar memperhatikan cara berbusana. Allah menganjurkan kaum hawa atau kaum
wanita untuk menutup auratnya dengan baik-baik, oleh karena itu sebenarnya
memakai hijab untuk kaum hawa hukumnya ialah wajib.
Akan
tetapi kembali lagi pada salah satu faktor penyebab yang sangat mempengaruhi
era globalisasi saat ini, yaitu gaya berbusana ala orang-orang barat yang
dengan mudah mempengaruhi pikiran-pikiran masyarakat kita. Jika sedang berada
di tempat umum, tak jarang kita melihat wanita yang tidak menutup auratnya
dengan sebaik-baiknya, bahkan saat ini pun semakin banyak kaum wanita yang
semakin berani untuk lebih membuka auratnya. Orang-orang barat mungkin terbiasa
dengan mengenakan pakaian yang terbuka, celana yang sangat pendek, dan berbagai
model busana lainnya. Demikianlah pikiran masyarakat kita yang semakin
menganggap mudah untuk bisa mengikuti trend ala orang barat. Semakin banyak
pula wanita yang mengenakan busana yang terbuka seperti mengenakan baju yang
terbuka atau biasa kita sebut ‘you can see’, dan juga celana yang sangat pendek
yaitu biasa kita sebut ‘hot pans’.
Dari
kasus tersebutlah kita bisa menilai bahwa orang yang mana sajakah yang memiliki
etika berbusana yang baik, dan mana pula orang yang memiliki etika berbusana
yang buruk. Padahal jika seorang wanita memiliki etika berbusana yang buruk dan
mengenakan pakaian yang terbuka, hal itu lah yang merupakan sebuah langkah
untuk mendekatkan orang tersebut pada sebuah kejahatan moral yang dapat
merugikan dirinya sendiri.
Dan
jangan pula seseorang berbusana dengan berbagai macam aksesoris yang berlebihan
seperti mengenakan kalung emas, cincin emas, gelang emas, atau aksesoris
lainnya. Karena hal itu akan mengundang kejahatan-kejahatan yang merugikan
orang tersebut.
Ø Etika Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang amat penting bagi
kehidupan manusiawi. Kita tidak bisa kalau kita tidak saling berkomunikasi.
Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik pun kita pasti melakukan
komunikasi. Komunikasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang amat penting,
bahkan jika seseorang yang sudah sukses pun itu karena kemampuannya yang pandai
berkomunikasi dengan orang lain.
“Pedoman etika yang berakar dalam
nilai-nilai demokrasi, antara lain bahwa komunikator harus menumbuhkan
kebiasaan bersikap adil dalam memilih dan menampilkan fakta dan pendapat secara
terbuka.”
(Karl Wallace Johannesen, 1996)
Etika
berkomunikasi juga dikenal sebagai suatu pengetahuan rasional yang mengajak
manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik. Etika komunikasi juga dapat
ditinjau dari perspektif religius. Kitab suci seperti Al-Qur’an, Injil, Taurat
dapat dipakai sebagai standar etika berkomunikasi. Dalam kitab suci tersebut,
dijelaskan di dalamnya bahwa apa yang seharusnya dilakukan dan tidak boleh
dilakukan dalam berkomunikasi. Dalam menyampaikan informasi, peranan media
sangat berpengaruh. Hal-hal yang diberitakan di media massa, seringkali
menyebabkan efek yang besar terhadap suatu lingkungan masyarakat dan kebijakan
yang akan diambil.
Contoh aplikasi dari etika
komunikasi yang lain ialah ketika kita bertemu dengan seorang teman walaupun
tidak begitu dekat, kita harus coba menyapanya agar tidak ada ikatan tali
silaturahmi yang terputus. Karena dengan cara kita menyapa kepada mereka, saat
itu lah kita bisa menjalin sebuah ikatan komunikasi yang lebih dekat dan erat
lagi.
Ø
Etika Makan dan Minum
Makan dan minum adalah sesuatu
hal yang sangat kita butuhkan agar dapat bertahan hidup. Kita masih bisa
bertahan hidup 7 hari jika kita tidak makan namun hanya minum air saja. Akan
tetapi jangan sampai hal itu terjadi pada kita dan kita harus bisa bekerja agar
kita bisa makan dan minum setiap hari. Ketika kita ingin makan dan minum pun
ada etika-nya. Etika-etika tersebut yaitu, usahakan kita berupaya untuk mencari
makanan dan minuman yang halal. Selanjutnya, hendaklah makan dan minum yang
kita lakukan diniatkan agar bisa beribadah kepada Allah, agar kita mendapat
pahala dari makan dan minum kita tersebut.
Sebelum
makan, alangkah lebih baik kalau kita mencuci tangan terlebih dahulu, apalagi
kalau tangan kita jelas sedang dalam keadaan kotor. Kita juga sebaiknya mencuci
tangan kembali setelah selesai makan. Alangkah baiknya jika kita tidak terlalu
kenyang setelah makan, karena hal itu juga merupakan sunnah Rasulullah. Sebelum
makan dan minum pula, hendaknya kita membaca doa terlebih dahulu dan membaca
doa kembali setelah selesai makan.
Ketika
kita hendak makan, diwajibkan bagi kita untuk memakan dengan tangan kanan,
jangan sesekali menggunakan tangan kiri. Disunnahkan makan dengan tiga jari,
dan dijilat pula jari itu sesudahnya. Tidak meniup makanan yang masih panas
atau bernafas disaat minum.
Ø Etika Berkendara
Jika kita ingin pergi entah ke
sekolah, ke kampus, ke kantor, atau ke tempat manapun, kita pasti naik
kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Saat berkendara, kita harus
memperhatikan etika-etika yang berlaku. Etika bekendara seperti menggunakan
helm agar kepala kita bisa terlindungi. Memiliki Surat Izim Mengemudi (SIM).
Selalu membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Mematuhi rambu-rambu yang
tersedia selama di perjalanan. Tidak menggunakan hanphone ketika sedang
mengemudi, karena itu dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi.
Sering terjadi kecelakaan lalu
lintas di tiap-tiap daerah karena mereka kurang memperhatikan etika berkendara.
Tak jarang pula mereka melanggar lampu lalu lintas. Saat mengemudi juga tidak
boleh banyak melakukan aktivitas lain seperti minum, makan, ngobrol dan
lain-lain yang bisa membuat pikiran tidak fokus untuk berkendara. Gunakan
selalu sabuk pengaman jika berkendara dengan kendaraan roda 4 atau lebih.
Ø Etika Bergaul dengan
Orang Lain
Dalam
bergaul dengan teman atau orang lain pun ada pula etika yang harus kita
perhatikan. Etika yang harus kita miliki ialah hormati perasaan orang lain,
tidak coba menghina atau menilai mereka cacat. Jaga dan perhatikanlah kondisi
orang, kenalilah karakter dan akhlak mereka, lalu bergaulah dengan mereka,
masing-masing menurut apa yang sepantasnya. Mendudukan orang lain pada
kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai.
Perhatikanlah
mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah pada mereka.
Jangan lupa pula kita untuk tersenyum apabila bertemu dengan teman atau orang
lain. Berbaik sangkalah kepada orang lain, jangan sampai sifat su’udzon ada di
dalam pikiran kita untuk orang lain. Dengarkanlah pembicaraan mereka, dan
hindarilah perdebatan yang dapat menimbulkan perselisihan.
Pelanggaran-pelanggaran Etika
Di
setiap hari mungkin tak jarang pula kita melihat pelanggaran-pelanggaran etika
yang dilakukan oleh banyak orang. Pelanggaran etika yang dimaksudkan adalah
kurang tepat dalam memiliki etika untuk melakukan sesuatu atau mungkin lebih
tepatnya adalah etika yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu merupakan
etika yang tidak baik alias buruk.
Mungkin
hampir setiap hari, bahkan hampir setiap waktu kita dapat menemukan seseorang
yang mengucapkan kata-kata yang kasar tapi kata-kata kasar tersebut dianggap
biasa saja oleh orang yang ditujunya. Hal tersebut merupakan etika komunikasi, yang di mana seseorang itu harus bisa
berbicara dengan kata-kata yang halus dan sopan, yang tidak menyinggung atau
menyakiti hati orang lain.
Setiap
hari pula kita sering melihat orang yang berpakaian terbuka, memakai baju yang
terbuka dan memakai celana ‘hot pans’, atau mengenakan perhiasan kalung,
gelang, atau cincin emas. Itu merupakan pelanggaran etika dalam etika
berbusana. Seharusnya manusia mengenakan pakaian yang cukup untuk menutupi
tubuhnya dan auratnya saja, dan tidak usah pula mengenakan perhiasan-perhiasan
yang mencolok yang dapat mengundang kejahatan.
Di
jalan raya juga tak jarang terjadi pelanggaran etika berkendara. Banyak sekali
orang-orang yang menganggap remeh lalu lintas, yaitu dengan menerobos lampu
lalu lintas, tidak mengenakan helm, kebut-kebutan di jalan, tidak membawa SIM
atau STNK, berkendara sambil merokok, putar arah di tempat yang tidak
seharusnya, berkendara sambil mengobrol dengan orang yang diboncengi atau orang
lain yang juga sedang berkendara. Di Indonesia, istilah peraturan itu diartikan
sebagai sesuatu hal yang memang dibuat untuk dilanggar. Bukan hanya masyarakat,
tapi oknum-oknum tertentu seperti Polisi pun tak jarang melanggar etika
berkendara.
Jika
kita membahas tentang semua pelanggaran etika yang ada di berbagai aspek
kehidupan, masih sangat banyak hal lagi yang harus dibahas. Akan tetapi
sebenarnya apa yang menjadi faktor utama seseorang bisa melakukan pelanggaran
etika? Salah satu penyebab utama terbesar ialah kurangnya ilmu agama yang ia
pelajari sejak kecil. Jika sejak kecil kita belajar ilmu agama dan terus
berkembang sampai kita tumbuh dewasa, maka akan semakin kecil tingkat
kemungkinan kita untuk melakukan pelanggaran etika. Mengapa demikian? Karena
ilmu agama sebagai landasan untuk seseorang memiliki etika yang baik. Di dalam
ilmu agama kita dididik untuk bisa menjadi pribadi yang baik dengan etika yang
baik pula.
Selain itu juga faktor utama
setelah ilmu agama ialah era globalisasi. Era globalisasi juga mengubah jalan
pikir seseorang. Contohnya apabila seseorang melakukan pelanggaran etika dan
menganggapnya wajar, padahal apa yang ia lakukan itu adalah sesuatu hal dengan
etika yang tidak baik. Sebuah trend ala orang barat pun menjadi sesuatu hal
yang patut dicontoh karena mereka melihat trend tersebut adalah hal yang keren
atau luar biasa. Jadi salah satu cara atau solusi agar kita terhindar dari
pelanggaran etika atau etika yang tidak baik, kita harus bisa memperdalam ilmu
agama kita. Kita harus lebih dekat dengan agama.
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi, etika merupakan hal yang
penuh dengan pandangan atau nilai yang dianut oleh masyarakat, di mana dasar
nilai itu dibangun dari kebiasaan yang mereka lakukan. Etika dan moral selalu
berhubungan, karena pengertian etika juga didasari oleh moral yang dimiliki
seseorang.
Etika juga terdapat dalam
hal-hal yang biasa manusia lakukan setiap harinya, atau lebih jelasnya etika
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Macam-macam etika tersebut seperti
etika berbusana, etika bisnis, etika berkomunikasi, etika makan dan minum,
etika berkendara, dan masih banyak lagi.
Etika juga terdapat
pelanggaran-pelanggaran. Pelanggaran etika yang dimaksudkan adalah kurang tepat
dalam memiliki etika untuk melakukan sesuatu atau mungkin lebih tepatnya adalah
etika yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu merupakan etika yang
tidak baik alias buruk.
Jadi salah satu cara atau
solusi agar kita terhindar dari pelanggaran etika atau etika yang tidak baik,
kita harus bisa memperdalam ilmu agama kita. Kita harus lebih dekat dengan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
A.M. Hoeta Soehoet, Etika dan Kode Etik
Komunikasi, Penerbit Yayasan Kampus Tercinta – IISIP, Jakarta, 2002.
Eko
Nofiyanto, Etika, Jakarta, 2013.
Hanie
Kurniawati, Pentingkah Etika Bisnis Bagi
Perusahaan?, Bandung, 2015.
Andy
Corry W., Etika Berkomunikasi Dalam
Penyampaian Aspirasi, Jakarta, 2009.
Hatim
Badu Pakuna, Etika Berbusana,
Semarang, 2005.