Welcome to the world of Mohamad Ridwan Julianto!

Jumat, 12 Juni 2015

Etika Dalam Berbagai Aspek Kehidupan

LEMBAR PERNYATAAN






Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama              : Mohamad Ridwan Julianto
NPM               : 15413598
Kelas               : 2IB01
Jurusan           : Teknik Elektro

Menyatakan bahwa makalah yang berjudul “Etika Dalam Berbagai Aspek Kehidupan” telah sampai 2859 kata dan bukan merupakan hasil plagiat.







          Depok, 12 Juni 2015



     Penyusun
(Mohamad Ridwan Julianto)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Saat ini, tidak sedikit manusia yang telah terpengaruh oleh perkembangan zaman yang biasa disebut “Era globalisasi”. Bukan tidak sedikit, namun sepertinya hampir seluruh manusia saat ini telah terpengaruh oleh dampak globalisasi. Globalisasi memberikan dampak baik dan dampak buruk pula. Bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti sudah semakin banyak orang yang menggunakan handphone atau teknologi canggih lainnya, gaya berpakaian yang semakin banyak modelnya, dan masih banyak hal-hal lainnya. Dampak baik atau positifnya, terkadang untuk melakukan suatu hal kita bisa menjadi lebih mudah, seperti halnya untuk berkomunikasi kita bisa lebih mudah menggunakan handphone, tidak perlu lagi surat-menyurat.
            Sedangkan dampak buruk atauf negatifnya, banyak pula masyarakat Indonesia sendiri yang terpengaruh dengan kehidupan barat atau eropa. Bukan hanya terjadi di kalangan pemuda atau dewasa, bahkan saat ini sudah banyak terjadi di kalangan anak-anak. Contohnya, saat ini tidak sedikit anak-anak yang sudah mengenal “cinta” atau “pacaran”. Saat ini, anak SD pun sudah banyak yang bergaya memiliki pacar, padahal mereka hanya melakukan “cinta monyet” saja. Selain itu, contoh lainnya pun gaya berbusana. Gaya berbusana ala barat atau eropa sangat mempengaruhi kalangan remaja dan dewasa, namun di kalangan anak yang istilahnya “anak kemarin sore” pun banyak yang mengikuti gaya berbusana orang dewasa atau remaja.
            Mengapa banyak terjadi hal-hal seperti itu? Mungkin karena dampak dari Era Globalisasi tersebut sangatlah besar. Tidak mustahil bahwa Era Globalisasi yang mempengaruhi berbagai kalangan tersebut, juga mengurangi “Etika” pada setiap orang yang terpengaruh secara tidak langsung. Etika juga terdapat pada banyak hal yang ada di berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Jadi banyak pula etika-etika yang masih kurang dimiliki oleh orang-orang yang hidup di era globalisasi ini. Mungkin juga karena era globalisasi mengubah jalan pikir seseorang, yang demikian maka orang tersebut hanya memikirkan hal yang mudahnya saja atau maksudnya hanya menganggap mudah untuk melakukan sesuatu tanpa memikirkan etika-nya terlebih dulu yang baik itu seperti apa.
            Karena hal seperti itulah banyak pula orang-orang yang melakukan pelanggaran-pelanggaran etika. Jauh dari agama juga bisa menjadi penyebab besar seseorang kurang menggunakan etika dalam hal-hal yang biasa ia lakukan, oleh karena itu jangan sampai kita jauh atau kurang memiliki ilmu agama, karena secara tidak langsung pun ilmu agama juga mengajarkan tentang bagaimana menggunakan etika-etika yang baik untuk dilakukan. Dan terkadang pula lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap bagaimana etika seseorang yang tinggal di lingkungan yang buruk ataupun lingkungan yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
            Bermula dari latar belakang masalah tersebut, saya akan mencoba menyampaikan permasalahan antara lain:
a.       Apakah pengertian dari Etika?
b.      Bagaimanakah macam-macam Etika yang sering dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan?
c.       Bagaimanakah pelanggaran-pelanggaran Etika?
d.      Bagaimanakah solusi dari pelanggaran-pelanggaran Etika?

1.3 Tujuan
a.       Mengetahui pengertian dan maksud dari Etika.
b.      Menjelaskan beberapa macam Etika yang sering dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan.
c.       Menjelaskan jenis-jenis pelanggaran Etika.
d.      Menjelaskan solusi untuk pelanggaran-pelanggaran Etika.



















BAB II
PEMBAHASAN

            Seringkali kita mendengar istilah kata “Etika” dalam sehari-hari, namun banyak pula yang hanya sekedar mengucap kata etika dan kurang tahu apa yang dimaksud dengan etika. Apalagi di negeri kita ini, banyak sekali orang yang mengucap kalimat “tidak punya etika” ketika mereka melihat ada orang lain yang melakukan sesuatu tanpa memikirkan etika yang baik. Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan Etika?. Secara harafiah, Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya kebiasaan dalam tingkah laku manusia.
            Banyak pakar yang memberikan definisi Etika, salah satu definisi yang mudah dipahami adalah:
Etika adalah filsafat tingkah laku.”
(Poedjawijatna, Filsafat Tingkah Laku, 1984)
Filsafat dimaksudkan sebagai ilmu yang mempelajari segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi, filsafat tingkah laku adalah usaha manusia mencari informasi yang benar, sedalam-dalamnya mengenai baik buruknya tingkah laku manusia. Dengan demikian, etika mempunyai kajian tertentu yaitu mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia dan untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia bertindak.
Etika adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, didasarkan pada kebiasaan mereka.”
(Harmon Chaniago [2013:237])
            Manusia bertingkah laku atau manusia melakukan tindakan. Tidak semua tindakan manusia menjadi kajian etika, tetapi terbatas pada tingkah laku atau tindakan tertentu. Tindakan yang menjadi kajian etika adalah tindakan yang dilakukan dengan sadar atas pilihan. Jika manusia melakukan tindakan dengan sadar atas pilihan, maka tindakan itu disebut dengan ‘sengaja’. Tingkah laku atau tindakan yang dilakukan dengan sengaja inilah yang merupakan kajian etika, sedangkan tingkah laku di luar itu tidak termasuk ruang lingkup kajian etika. Unsur ‘sengaja’ adalah mutlak dalam penilaian etis. Penilaian ini harus diberikan oleh orang lain, sehingga baik atau buruk tindakan seseorang tidak dinilai secara pribadi oleh orang tersebut. Dengan demikian, definisi etika yang berbunyi filsafat tingkah laku dapat bermakna: usaha manusia mencari dan menggali informasi atau keterangan sedalam-dalamnya mengenai baik buruk tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja.
          Dalam perkembangan hidup manusia, potensi kesadaran moral berkembang seiring dengan perkembangan pendidikan yang didapatinya dan pengalaman manusia dalam hidup bermasyarakat sehari-hari. Kesadaran moral berfungsi dalam tindakan konkrit untuk mengambil keputusan terhadap tindakan tertentu, apakah tindakannya itu baik atau buruk.
“Etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma moral dalam suatu masyarakat. Di sini terkandung arti moral atau moralitas seperti apa yang bioleh dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan yang pantas atau tidak, dan sebagainya.”
(Barten, Gustina [2008:138])
            Etika dan moral selalu berhubungan, karena pengertian etika juga didasari oleh moral yang dimiliki seseorang. Secara etimologi, moral berasal dari bahasa latin ‘Mores’, yaitu jamak dari kata mos berarti adat kebiasaan. Dapat dipahami bahwa moral merupakan standar atau batasan terhadap aktivitas yang dilakukan seseorang dengan nilai baik-buruk atau benar-salah, sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui jika seseorang dikatakan bermoral maka yang dimaksud adalah bahwa orang itu tingkah lakunya baik dan sesuai dengan tuntutan agama atau sesuai dengan ajaran agama. Dan sebaliknya jika seseorang tidak dikatakan bermoral maka yang dimaksud adalah orang tersebut tingkah lakunya tidak baik alias buruk dan bertentangan dengan ajaran agama.
            Berikut saya akan jelaskan beberapa hubungan antara etika dan moral:
1.      Etika dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan perangai yang baik.
2.      Etika dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaannya.
3.      Etika dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat            tetap, statis, dan konstan tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan serta dukungan lingkungan.
4.      Persamaan etika dan moral terletak pada fungsi dan peran yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.
Etika itu banyak sekali macamnya dalam berbagai aspek kehidupan. Etika itu selalu ada hampir di dalam setiap hal-hal yang kita lakukan setiap hari. Bukan hanya hal-hal biasa yang kita lakukan, namun etika juga ada dalam beberapa profesi. Berikut adalah beberapa etika yang terdapat dalam kegiatan manusia sehari-hari:
Ø  Etika Bisnis
Bisnis adalah kegiatan-kegiatan teratur melayani dalam suatu kebutuhan yang bersifat umum sambil memperoleh pendapatan.

“Bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling             menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai ‘The buying and selling of goods and services’. Sedangkan perusahaan bisnis adalah organisasi yang terlibat dalam pertukarang barang, jasa, atau uang untuk menghasilkan keuntungan.”
(Skinner, Pandji [2007:6])
Etika bisnis adalah etika yang menyangkut tata pergaulan di dalam kegiatan-kegiatan bisnis. Etika bisnis merupakan cara melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Secara umum, ada lima prinsip etika bisnis, yaitu:
1.      Prinsip Otonomi
2.      Prinsip Kejujuran
3.      Prinsip Keadilan
4.      Prinsip Saling Menguntungkan, dan
5.      Prinsip Integritas Moral.

Ø Etika Berbusana
Etika berbusana juga merupakan etika yang harus kita miliki setiap harinya, karena setiap hari pula pastinya kita mengenakan sebuah busana untuk menutupi aurat pada diri kita. Sebelumnya perlu dikemukakan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan busana?. Kata busana biasa kita sebut dengan kata ‘Pakaian’, yaitu sesuatu yang dipakai untuk menutup tubuh, khususnya aurat diri kita sendiri.
Agama sangat mementingkan etika berbusana, karena dalam ajaran agama pun kita diwajibkan untuk menutup aurat. Oleh karena itu, etika dalam berbusana harus diperhatikan dengan baik-baik. Dalam ajaran agama Islam, Allah sangat menganjurkan umatnya untuk menutup aurat masing-masing. Terlebih lagi yang harus kita perhatikan ialah kaum wanita atau para muslimah, mereka harus benar-benar memperhatikan cara berbusana. Allah menganjurkan kaum hawa atau kaum wanita untuk menutup auratnya dengan baik-baik, oleh karena itu sebenarnya memakai hijab untuk kaum hawa hukumnya ialah wajib.
Akan tetapi kembali lagi pada salah satu faktor penyebab yang sangat mempengaruhi era globalisasi saat ini, yaitu gaya berbusana ala orang-orang barat yang dengan mudah mempengaruhi pikiran-pikiran masyarakat kita. Jika sedang berada di tempat umum, tak jarang kita melihat wanita yang tidak menutup auratnya dengan sebaik-baiknya, bahkan saat ini pun semakin banyak kaum wanita yang semakin berani untuk lebih membuka auratnya. Orang-orang barat mungkin terbiasa dengan mengenakan pakaian yang terbuka, celana yang sangat pendek, dan berbagai model busana lainnya. Demikianlah pikiran masyarakat kita yang semakin menganggap mudah untuk bisa mengikuti trend ala orang barat. Semakin banyak pula wanita yang mengenakan busana yang terbuka seperti mengenakan baju yang terbuka atau biasa kita sebut ‘you can see’, dan juga celana yang sangat pendek yaitu biasa kita sebut ‘hot pans’.
Dari kasus tersebutlah kita bisa menilai bahwa orang yang mana sajakah yang memiliki etika berbusana yang baik, dan mana pula orang yang memiliki etika berbusana yang buruk. Padahal jika seorang wanita memiliki etika berbusana yang buruk dan mengenakan pakaian yang terbuka, hal itu lah yang merupakan sebuah langkah untuk mendekatkan orang tersebut pada sebuah kejahatan moral yang dapat merugikan dirinya sendiri.
            Dan jangan pula seseorang berbusana dengan berbagai macam aksesoris yang berlebihan seperti mengenakan kalung emas, cincin emas, gelang emas, atau aksesoris lainnya. Karena hal itu akan mengundang kejahatan-kejahatan yang merugikan orang tersebut.
Ø  Etika Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu hal yang amat penting bagi kehidupan manusiawi. Kita tidak bisa kalau kita tidak saling berkomunikasi. Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detik pun kita pasti melakukan komunikasi. Komunikasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang amat penting, bahkan jika seseorang yang sudah sukses pun itu karena kemampuannya yang pandai berkomunikasi dengan orang lain.
“Pedoman etika yang berakar dalam nilai-nilai demokrasi, antara lain bahwa komunikator harus menumbuhkan kebiasaan bersikap adil dalam memilih dan menampilkan fakta dan pendapat secara terbuka.”
(Karl Wallace Johannesen, 1996)
            Etika berkomunikasi juga dikenal sebagai suatu pengetahuan rasional yang mengajak manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik. Etika komunikasi juga dapat ditinjau dari perspektif religius. Kitab suci seperti Al-Qur’an, Injil, Taurat dapat dipakai sebagai standar etika berkomunikasi. Dalam kitab suci tersebut, dijelaskan di dalamnya bahwa apa yang seharusnya dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam berkomunikasi. Dalam menyampaikan informasi, peranan media sangat berpengaruh. Hal-hal yang diberitakan di media massa, seringkali menyebabkan efek yang besar terhadap suatu lingkungan masyarakat dan kebijakan yang akan diambil.
           

Contoh aplikasi dari etika komunikasi yang lain ialah ketika kita bertemu dengan seorang teman walaupun tidak begitu dekat, kita harus coba menyapanya agar tidak ada ikatan tali silaturahmi yang terputus. Karena dengan cara kita menyapa kepada mereka, saat itu lah kita bisa menjalin sebuah ikatan komunikasi yang lebih dekat dan erat lagi.
Ø   Etika Makan dan Minum
Makan dan minum adalah sesuatu hal yang sangat kita butuhkan agar dapat bertahan hidup. Kita masih bisa bertahan hidup 7 hari jika kita tidak makan namun hanya minum air saja. Akan tetapi jangan sampai hal itu terjadi pada kita dan kita harus bisa bekerja agar kita bisa makan dan minum setiap hari. Ketika kita ingin makan dan minum pun ada etika-nya. Etika-etika tersebut yaitu, usahakan kita berupaya untuk mencari makanan dan minuman yang halal. Selanjutnya, hendaklah makan dan minum yang kita lakukan diniatkan agar bisa beribadah kepada Allah, agar kita mendapat pahala dari makan dan minum kita tersebut.
            Sebelum makan, alangkah lebih baik kalau kita mencuci tangan terlebih dahulu, apalagi kalau tangan kita jelas sedang dalam keadaan kotor. Kita juga sebaiknya mencuci tangan kembali setelah selesai makan. Alangkah baiknya jika kita tidak terlalu kenyang setelah makan, karena hal itu juga merupakan sunnah Rasulullah. Sebelum makan dan minum pula, hendaknya kita membaca doa terlebih dahulu dan membaca doa kembali setelah selesai makan.  
            Ketika kita hendak makan, diwajibkan bagi kita untuk memakan dengan tangan kanan, jangan sesekali menggunakan tangan kiri. Disunnahkan makan dengan tiga jari, dan dijilat pula jari itu sesudahnya. Tidak meniup makanan yang masih panas atau bernafas disaat minum.

Ø  Etika Berkendara
Jika kita ingin pergi entah ke sekolah, ke kampus, ke kantor, atau ke tempat manapun, kita pasti naik kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Saat berkendara, kita harus memperhatikan etika-etika yang berlaku. Etika bekendara seperti menggunakan helm agar kepala kita bisa terlindungi. Memiliki Surat Izim Mengemudi (SIM). Selalu membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Mematuhi rambu-rambu yang tersedia selama di perjalanan. Tidak menggunakan hanphone ketika sedang mengemudi, karena itu dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi.
Sering terjadi kecelakaan lalu lintas di tiap-tiap daerah karena mereka kurang memperhatikan etika berkendara. Tak jarang pula mereka melanggar lampu lalu lintas. Saat mengemudi juga tidak boleh banyak melakukan aktivitas lain seperti minum, makan, ngobrol dan lain-lain yang bisa membuat pikiran tidak fokus untuk berkendara. Gunakan selalu sabuk pengaman jika berkendara dengan kendaraan roda 4 atau lebih.
Ø  Etika Bergaul dengan Orang Lain
Dalam bergaul dengan teman atau orang lain pun ada pula etika yang harus kita perhatikan. Etika yang harus kita miliki ialah hormati perasaan orang lain, tidak coba menghina atau menilai mereka cacat. Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlak mereka, lalu bergaulah dengan mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya. Mendudukan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai.
            Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah pada mereka. Jangan lupa pula kita untuk tersenyum apabila bertemu dengan teman atau orang lain. Berbaik sangkalah kepada orang lain, jangan sampai sifat su’udzon ada di dalam pikiran kita untuk orang lain. Dengarkanlah pembicaraan mereka, dan hindarilah perdebatan yang dapat menimbulkan perselisihan.

Pelanggaran-pelanggaran Etika
            Di setiap hari mungkin tak jarang pula kita melihat pelanggaran-pelanggaran etika yang dilakukan oleh banyak orang. Pelanggaran etika yang dimaksudkan adalah kurang tepat dalam memiliki etika untuk melakukan sesuatu atau mungkin lebih tepatnya adalah etika yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu merupakan etika yang tidak baik alias buruk.
            Mungkin hampir setiap hari, bahkan hampir setiap waktu kita dapat menemukan seseorang yang mengucapkan kata-kata yang kasar tapi kata-kata kasar tersebut dianggap biasa saja oleh orang yang ditujunya. Hal tersebut merupakan etika komunikasi,  yang di mana seseorang itu harus bisa berbicara dengan kata-kata yang halus dan sopan, yang tidak menyinggung atau menyakiti hati orang lain.
            Setiap hari pula kita sering melihat orang yang berpakaian terbuka, memakai baju yang terbuka dan memakai celana ‘hot pans’, atau mengenakan perhiasan kalung, gelang, atau cincin emas. Itu merupakan pelanggaran etika dalam etika berbusana. Seharusnya manusia mengenakan pakaian yang cukup untuk menutupi tubuhnya dan auratnya saja, dan tidak usah pula mengenakan perhiasan-perhiasan yang mencolok yang dapat mengundang kejahatan.
            Di jalan raya juga tak jarang terjadi pelanggaran etika berkendara. Banyak sekali orang-orang yang menganggap remeh lalu lintas, yaitu dengan menerobos lampu lalu lintas, tidak mengenakan helm, kebut-kebutan di jalan, tidak membawa SIM atau STNK, berkendara sambil merokok, putar arah di tempat yang tidak seharusnya, berkendara sambil mengobrol dengan orang yang diboncengi atau orang lain yang juga sedang berkendara. Di Indonesia, istilah peraturan itu diartikan sebagai sesuatu hal yang memang dibuat untuk dilanggar. Bukan hanya masyarakat, tapi oknum-oknum tertentu seperti Polisi pun tak jarang melanggar etika berkendara.
            Jika kita membahas tentang semua pelanggaran etika yang ada di berbagai aspek kehidupan, masih sangat banyak hal lagi yang harus dibahas. Akan tetapi sebenarnya apa yang menjadi faktor utama seseorang bisa melakukan pelanggaran etika? Salah satu penyebab utama terbesar ialah kurangnya ilmu agama yang ia pelajari sejak kecil. Jika sejak kecil kita belajar ilmu agama dan terus berkembang sampai kita tumbuh dewasa, maka akan semakin kecil tingkat kemungkinan kita untuk melakukan pelanggaran etika. Mengapa demikian? Karena ilmu agama sebagai landasan untuk seseorang memiliki etika yang baik. Di dalam ilmu agama kita dididik untuk bisa menjadi pribadi yang baik dengan etika yang baik pula.
Selain itu juga faktor utama setelah ilmu agama ialah era globalisasi. Era globalisasi juga mengubah jalan pikir seseorang. Contohnya apabila seseorang melakukan pelanggaran etika dan menganggapnya wajar, padahal apa yang ia lakukan itu adalah sesuatu hal dengan etika yang tidak baik. Sebuah trend ala orang barat pun menjadi sesuatu hal yang patut dicontoh karena mereka melihat trend tersebut adalah hal yang keren atau luar biasa. Jadi salah satu cara atau solusi agar kita terhindar dari pelanggaran etika atau etika yang tidak baik, kita harus bisa memperdalam ilmu agama kita. Kita harus lebih dekat dengan agama.




BAB III
KESIMPULAN
Jadi, etika merupakan hal yang penuh dengan pandangan atau nilai yang dianut oleh masyarakat, di mana dasar nilai itu dibangun dari kebiasaan yang mereka lakukan. Etika dan moral selalu berhubungan, karena pengertian etika juga didasari oleh moral yang dimiliki seseorang.
Etika juga terdapat dalam hal-hal yang biasa manusia lakukan setiap harinya, atau lebih jelasnya etika terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. Macam-macam etika tersebut seperti etika berbusana, etika bisnis, etika berkomunikasi, etika makan dan minum, etika berkendara, dan masih banyak lagi.
Etika juga terdapat pelanggaran-pelanggaran. Pelanggaran etika yang dimaksudkan adalah kurang tepat dalam memiliki etika untuk melakukan sesuatu atau mungkin lebih tepatnya adalah etika yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu merupakan etika yang tidak baik alias buruk.
Jadi salah satu cara atau solusi agar kita terhindar dari pelanggaran etika atau etika yang tidak baik, kita harus bisa memperdalam ilmu agama kita. Kita harus lebih dekat dengan agama.




       


DAFTAR PUSTAKA

Drs. A.M. Hoeta Soehoet, Etika dan Kode Etik Komunikasi, Penerbit Yayasan Kampus Tercinta – IISIP, Jakarta, 2002.
Eko Nofiyanto, Etika, Jakarta, 2013.
Hanie Kurniawati, Pentingkah Etika Bisnis Bagi Perusahaan?, Bandung, 2015.
Andy Corry W., Etika Berkomunikasi Dalam Penyampaian Aspirasi, Jakarta, 2009.

Hatim Badu Pakuna, Etika Berbusana, Semarang, 2005.
Joelyants. Diberdayakan oleh Blogger.

Gunadarma














Copyright © @Ridwan_Joelyant's | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com